Disclaimer : Terima kasih kepada anda yang sudah mempercayakan kepada kami, terus ikuti laman blog kami agar terus merasakan pengalaman membaca cerita sesungguhnya. Dilarang untuk meng Copy Paste cerita tanpa seizin admin.
SEMBOYAN 35 PART 2
Tekadku sudah bulat, kali ini aku bakalan berusaha membagi waktu antara pekerjaan dan orang orang di sekitarku. Pekerjaan memangklah penting, tapi berhubungan sosial jauhlah lebih penting. Sebab, di dunia ini pasti kita membutuhkan manusia untuk hidup. Hari itu aku berangkat kerja seperti biasanya, aku harus tetap bersemangat demi menjaga tubuhku agar tetap fit. Sebab, kesehatanlah yang menjadi kunci utama pada pekerjaanku. Aku kembali masuk pada penyelia, mengukur tekanan darah, dan menjalani tes urine lagi. Mungkin banyak yang mengira kalau hidupku itu itu aja, namun faktanya menyelamatkan nyawa ribuan orang yang di dalam kereta jauh lebih berarti daripada duduk termenung tanpa melakukan hal yang jelas.
Sumber gambar : https://pixabay.com/id/photos/ kereta-api-sistem-transportasi-3169964/ |
Bagiku, pekerjaanku ini tidak membuatku bosan. Sebab aku dituntut lebih banyak berkonsentrasi, manakah kereta yang harus diprioritaskan, manakah kereta yang harus berhenti, Dll. Yang jelas, tak sembarang orang bisa melakukan hal ini. Hari itu aku sangat bersemangat, karena Vina mengajakku untuk dinner malam ini, dia mengabariku tepat sebelum aku menginjakkan ke stasiun ini. Aku selalu tersenyum senyum sendiri hari itu, berharap hari cepat berlalu sehingga aku cepat tutup dinas dan melaksanakan janjiku kepada Vina.
"Woi.........Fokus dong doni, dari tadi senyam senyum......" Kata Narto yang seorang PKD { Petugas Keamanan Dalam }, dimana Narto sering terlihat akrab denganku.
"Ehhh.......saya tetap fokus kok, ini lagi nulis buku warta." Kataku mengalihkan pembicaraan.
"Ada apa, kok senyum senyum begitu" Tanya Narto.
"Hari ini aku bakalan kencan pertama" Kataku sumringah.
"Aseeek.......moga moga lancar yah" Ucap Narto dengan penuh semangat.
"Terima kasih. Sebentar, ada warta yang masuk" Kataku mendekati mesin warta.
Aku menghampiri mesin warta, rupanya ada warta dari stasiun Bumi Waluya yang memberitakan akan ada Kereta Api Turangga tujuan Jakarta-Bandung-Surabaya. Aku memberi indikasi aman pada jalur dan memberikan semboyan 7 { Indikasi tidak aman/berhenti} pada sinyal keluar, karena di Stasiun Cipeundeuy seluruh kereta wajib berhenti untuk pemeriksaan rem. Kereta api Turangga akhirnya datang di stasiun Cipeundeuy, setelah melakukan pemeriksaan, aku dengan segera membunyikan sinyal genta { Pos Perlintasan } dan memberangkatkan kereta api itu.
Semua tampak lancar seperti biasa, namun keadaan berubah setelah sekitar 15 menit setelah kereta diberangkatkan. Aku menerima kabar bahwa kereta mengalami kecelakaan, aku kaget saat itu, seingatku aku sudah meminta aman kepada stasiun Cirahayu. Mereka mengindikasikan aman dan tidak ada kereta yang berjalan di jalur, akan tetapi mengapa bisa kereta mengalami kecelakaan ?. Rupanya kereta mengalami tabrakan dengan mobil di suatu perlintasan sebidang, kecelakaan ini murni kelalaian manusia karena pada waktu itu sedang pergantian shift Penjaga pos perlintasan, pada waktu itu tidak ada yang menjaga pos sehingga palang perlintasan terbuka.
Untung saja tidak ada korban jiwa, hanya saja mobil rusak berat akibat kecelakaan itu. Namun tetap saja, aku harus menjalani sejumlah pemeriksaan ke pihak yang berwajib. Takutnya nanti dicurigai akan adanya sabotase, pemeriksaan itu berlangsung cukup lama. Sehingga waktuku yang seharusnya dinner bersama Vina terancam batal, di sela pemeriksaan itu Vina terus menelponku.
https://pixabay.com/id/photos/rel- lembut-gleise-jalan-kereta-api-3309912/ |
"Doni.........kamu kemana saja sih, aku udah nungguin lo" Kata Vina dengan sebal.
"Mohon maaf vin, aepertinya gak jadi deh. Aku sekarang diperiksa polisi karena kecelakaan kereta api, bagaimana kalu besok saja ?" Kataku sambil menawarkan.
"Yaudah, selesaikan dulu urusanmu" Kata Vina menutup telponnya.
Aku lega mendengar hal itu, namun aku merasakan malu. Tadi aku sudah bertekad untuk membagi waktuku, tapi sekarang aku mengingkari janji karena hal mendadak seperti ini. Baiklah.......kuusahakan besok harus bertemu dengan Vina, sempat atau tidak aku harus melakukannya karena sudah janji. Sialnya, keesokan harinya terdengar kabar bahwa Dirjen Perkeretaapian akan melakukan kunjungan. Mau tak mau aku harus hadir pada acara itu, mengingat Dirjen menggunakan kereta inspeksi dan harus benar benar steril jalur kereta apinya.
Acara itu berlangsung cukup lama, sehingga aku lupa akan janji kemarin. Vina begitu marah ketika aku menelponnya, aku berusaha menjelaskan semua, akan tetapi dia tidak mau mendengarkanku. Akhirnya Vina memintaku untuk putus, aku pun terpaksa mengiyakan hal itu. Karena aku merasa tidak punya waktu untuknya, waktuku seharian dihabiskan oleh pekerjaanku ini. Sedih rasanya hati ini, tidak ada yang bisa kuperbuat selain meratapi nasib. Aku pulang dengan kondisi linglung, semangatku mulai hilang dan goyah saat ini. Aku bersimpuh dan menceritakan semua hal itu kepada emak........
"Naon Jang..........?{ Ada apa nak ?}" Tanya emak.
"Mak.........Doni teh putus, Doni ngaraos henteu aya waktos kanggo kabogoh, kusabab padamelan doni super sibuk { Mak........Doni putus, Doni gak punya waktu buat pacar, karena pekerjaan doni yang super sibuk}" Kataku memelas.
"Doni.......upami sanes pertandingan, naon deui tiasa anjeun laksanakeun. Doni ngan ukur fokus ningkatkeun karirna, Insya Alloh bakal aya awewe anu ngadekeutan anjeun nalika sukses { Doni......kalau memang bukan jodoh, kita harus bagaimana lagi ?. Doni fokus ajah meningkatkan karir, Insya Alloh bakal ada perempuan yang mendekat ketika kamu sukses }" Kata Emak sambil mengusap usap rambutku.
Kata kata emak membuatku semangat lagi, mungkin ada benarnya kata kata beliau. Sejurus kemudian aku berpikir, kalau menjadi PPKA bukanlah suatu hal yang merugikan. Disana aku dapat menyelamatkan nyawa ribuan orang yang ada di dalam kereta, disitulah kebahagiaan tersendiri bagiku. Aku juga ikut senang tatkala melihat mereka tersenyum riang dan selamat sampai tujuan, disitu aku bekesimpulan. Coba saja kemarin aku melaksanakan janjiku, bisa saja nyawa ribuan orang akan terancam. Yang jelas, nyawa ribuan orang sangat berarti bagiku daripada terus menerus mengurusi hal percintaan yang tidak ada ujungnya.
SELESAI.
0 Comments