Suatu hari, seorang petugas kebersihan pengadilan melihat seorang kakek tua. Kakek tua itu tampak tertunduk lemas sewaktu diboyong ke dalam gedung pengadilan. Karena penasaran, sang petugas kebersihan itu mengikuti kakek tua masuk ke dalam pengadilan. Rupanya, kakek tua itu sedang tersandung kasus pencurian 3 kg beras. Beliau berdalih bahwa pada saat itu sedang lapar dan tidak mempunyai uang, sehingga mau tak mau beliau harus mencuri beras yang ada di toko milik tetangganya. Namun hakim tidak mau tau akan hal itu dan malah memvonis kakek tua itu dengan hukuman pidana 3 tahun penjara. Sebenarnya sang petugas kebersihan ingin sekali menolong kakek tua tersebut, akan tetapi dia bingung harus bagaimana.
Keesokan harinya, petugas kebersihan itu melihat seseorang bapak bapak masuk ke dalam gedung pengadilan. Berbeda dengan kakek tua sebelumnya, kali ini bapak bapak tersebut masuk ke dalam gedung pengadilan dengan wajah tersenyum dan juga ditemani oleh beberapa anggota keluarganya. Sang petugas kebersihan yang kembali penasaran akhirnya mencoba untuk membuntuti rombongan itu. Setelah diselidiki, rupanya bapak bapak tadi tersandung dalam korupsi dana perusahaan senilai 2 milyar rupiah. Bagi petugas kebersihan, uang sebanyak itu merupakan jumlah yang cukup fantastis, kira kira bisa buat beli 4 rumah. Diluar dugaan, sang hakim malah memvonis bapak bapak itu degan hukuman pidana 4 bulan penjara.
Sumber : Pixabay |
Melihat fenomena itu, sang petugas kebersihan yang sedari tadi mengawasi memberanikan diri untuk bertanya kepada Pak Hakim. Sang petugas kebersihan langsung menghampiri Pak Hakim yang pda waktu itu masih duduk di kursi kehakimannya.
"Permisi pak, saya mau bertanya." Ucap Petugas Kebersihan itu.
"Iya, Mau tanya apa kamu?" Jawab Pak Hakim.
"Kemarin ada kakek kakek tua yang hanya mencuri 3 kg beras tapi dihukum 3 tahun, kenapa sekarang bapak bapak yang korupsi 2 milyar malah dihukum 4 bulan? Padahal jika dilihat dari kasusnya, kasus bapak bapak sekarang lebih parah." Protes petugas kebersihan.
Mendengar pertanyaan itu, sang hakim langsung menolehkan pandangannya kearah petugas kebersihan. Dia tersenyum dan kemudian menjawab. "Alasannya begini, Kakek tua itu sudah tidak memilikki keluarga, sehingga biar dia dihukum selama apapun tidak ada anggota keluarga yang keberatan. Berbeda dengan bapak bapak korupsi tadi, dia masih punya anak dan juga istri sehingga tidak perlu dihukum terlalu lama. Beda orang beda tanggung jawab." Kata Pak Hakim dengan tersenyum.
Sang petugas kebersihan hanya terdiam mendengar perkataan Pak Hakim. Bagi dia, perkataan Pak Hakim tadi sangatlah tidak masuk akal. Bagaimanapun juga seseorang harus dihukum sesuai dengan pasal yang berlaku tanpa melibatkan tanggung jawab keluarga. Di dalam kasus ini sangat terlihat sekali ketidak adilannya, kakek tua yang hanya mencuri 3 kg beras duhukum 3 tahun penjara, sementara bapak bapak tadi korupsi dana perusahaan senilai 2 Milyar hanya dihukum 4 bulan penjara. Padahal kalau dihitung hitung, kasus korupsilah yang paling merugikan. Dengan uang 2 Milyar, kita dapat membeli puluhan ton beras untuk dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Akan tetapi, petugas kebersihan itu sadar bahwa dirinya bukanlah siapa siapa. Dirinya merupakan rakyat kecil yang tidak tahu menahu soal hukum. Namun dia punya tekad yang cukup besar, dia yakin bahwa nanti dapat membalikkan keadaan dan juga menegakkan keadilan. Setelah kejadian itu, sang petugas kebersihan lebih banyak menghabiskan waktunya dengan merenungkan apa yang harus dilakukan supaya keadilan dapat ditegakkan. Setelah beberapa saat berpikir, akhirnya dia menemukan langkah yang tepat untuk menyadarkan Pak Hakim agar dapat menegakkan keadilan.
Hari demi hari silih berganti, waktu demi waktu kian berlalu. Hari itu semua berjalan seperti biasa, Para hakim duduk menempati posisinya, sementara staf lain sibuk dengan tugasnya masing masing. Karena hari masih pagi, Sang petugas kebersihan memutuskan untuk membersihkan meja Pak Hakim dan asistennya. Kebetulan, waktu itu Pak Hakim datang lebih awal. Dengan santainya, Petugas kebersihan langsung nyelonong membersihkan meja asisten Pak Hakim, sementara meja Pak Hakim sendiri tidak kunjung dibersihkan. Hal itu tentunya membuat bingung sekaligus jengkel Pak Hakim.
"Hei... Kamu, kenapa kamu nggak duluin bersihin meja saya?" Kata Pak Hakim dengan kesal. Akan tetapi petugas kebersihan tidak menghiraukannya.
"Hei.... Kamu, dengar nggak omongan saya???" Tanya Pak Hakim dengan nada marah.
Dengan muka tak berdosa, Sang petugas kebersihan langsung membalikkan tubuhnya menghadap Pak Hakim seraya berkata "Maaf pak, saya membersihkan meja asisten bapak terlebih dahulu karena memang dia tidak bertanggung jawab untuk membersihkannya. Sementara bapak bertanggung jawab untuk membersihkan meja bapak sendiri supaya dapat menjadi contoh staf lainnya. Beda orang beda tanggung jawab, pak."
Setelah mengatakan itu, Sang petugas kebersihan langsung meninggalkan Pak Hakim. Sementara Pak Hakim hanya bisa geleng geleng mendengar perkataan petugas kebersihan barusan. Entah dia bakal dipecat atau tidak.... wkwkwkwk.
SELESAI
0 Comments